Selasa, 23 Januari 2018

Makam Raden Saleh

Makam Raden Saleh Bogor berada di sebuah komplek yang terletak sekitar 30 meter dari tepi Jalan Pahlawan, Bogor melewati sebuah gang kecil. Makam ini sempat ‘hilang’ selama kurun waktu tertentu, sebelum ditemukan kembali pada tahun 1923 oleh Mas Adoeng Wirjaatmadja, yang kemudian merawat tempat itu secara sukarela hingga tahun 1990-an.
Matahari sudah turun mendekati garis cakrawala ketika tiba di sana, dan pintu masuk ke dalam makam sudah digembok. Beruntung tak lama kemudian datang seorang pria bernama Isun Sunarya membawa kunci. Ia adalah penerus perawat makam sukarela setelah pamannya meninggal, dan baru pada 1999 ia diangkat secara resmi sebagai Juru Pelihara Situs Komplek Makam Raden Saleh dan mendapat gaji bulanan.
Area Makam Raden Saleh ini terlihat cukup rapi dan terawat baik setelah dipugar untuk kedua kalinya dengan dana yang berasal dari Galeri Nasional Jakarta, dan peresmiannya berlangsung pada 30 April 2008, bertepatan dengan peringatan dua ratus tahun Raden Saleh.
Penampakan Makam Raden Saleh dari luar pagar yang saat itu masih digembok. Makam ini pertama kali dipugar pada tahun 1953 atas perintah Presiden Soekarno, dengan rancangan yang dibuat oleh arsitek Bogor kelahiran Bonandolok, Tapanuli, mendiang Friedrich Silaban, yang juga perancang Masjid Istiqlal, Jakarta.Raden Saleh lahir di Terbaya, Semarang pada 1807, dari seorang ibu bernama Mas Ajeng Zarip Husen dan ayah bernama Sayid Husen bin Alwi bin Awal, cucu buyut Asisten Residen Terboyo Kyai Ngabehi Kertosobo Bustam. Sejak berusia 10 tahun ia hidup dibawah asuhan pamannya yang menjadi Bupati Semarang, yaitu Raden Adipati Surohadimenggolo yang bersimpati pada perjuangan Pangeran Diponegoro.

Penampakan Makam Raden Saleh dari luar pagar yang saat itu masih digembok. Makam ini pertama kali dipugar pada tahun 1953 atas perintah Presiden Soekarno, dengan rancangan yang dibuat oleh arsitek Bogor kelahiran Bonandolok, Tapanuli, mendiang Friedrich Silaban, yang juga perancang Masjid Istiqlal, Jakarta.Raden Saleh lahir di Terbaya, Semarang pada 1807, dari seorang ibu bernama Mas Ajeng Zarip Husen dan ayah bernama Sayid Husen bin Alwi bin Awal, cucu buyut Asisten Residen Terboyo Kyai Ngabehi Kertosobo Bustam. Sejak berusia 10 tahun ia hidup dibawah asuhan pamannya yang menjadi Bupati Semarang, yaitu Raden Adipati Surohadimenggolo yang bersimpati pada perjuangan Pangeran Diponegoro.
Lokasi Makam Raden Saleh letaknya berdampingan dengan istri keduanya yang bernama Raden Ayu Danurejo. Istri pertamanya, seorang perempuan keturunan Belanda bernama Constancia Winkelhagen, dinikahinya pada 1856, namun kemudian mereka bercerai. Tempat yang sekarang menjadi Rumah Sakit Cikini di Jalan Raden Saleh, dahulu adalah rumah mewah yang dimiliki Raden Saleh ketika masih bersama istri pertamanya. Sedangkan yang sekarang menjadi Taman Ismail Marzuki adalah bekas kebun binatang miliknya.

Karena bakat melukisnya, pada 1817 Bupati Majalengka Raden Adipati Ario Panji Kartadiningrat, pamannya, mengirimnya belajar dibawah pengawasan Residen Priangan, Baron Robert van der Capellen. Dua tahun kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Bogor dan belajar pada Antoine Auguste Joseph Paijen, pelukis keturunan Belgia yang bekerja pada Casper Georg Karl Reinwardt (1773 – 1854), ahli botani asal Jerman pendiri Kebun Raya Bogor. Boleh dibilang Makam Raden Saleh ini terlihat sangat sederhana, tidak sebanding dengan nama besar Raden Saleh ketika itu. Namun konon makam ini dahulu terbuat dari batu marmar yang mungkin dijarah saat tidak ada yang merawat.
Address  : Raden Saleh, Jl. Pahlawan, Selatan, Gg. Makam, Pasir Jaya, West Bogor, Bogor City, West Java 16119


Tidak ada komentar:

Posting Komentar